Saturday, January 15, 2011

Gali Lobang Tutup Lobang

Awal tahun, merupakan kesempatan yang baik untuk memulai sesuatu yang baru dengan semangat baru tentunya. Setiap orang memiliki harapan lebih baik ditahun baru untuk memiliki hidup lebih baik, sama halnya denganku. Namun sepertinya awal tahun di bulan januari ini bukan waktu ku untuk merasakan sesuatu yang baru. Bukan aku yang memilihnya, namun situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan.
Aku masih membawa permasalahan-permasalahn yang cukup penting dan fatal dari tahun 2010, mamang benar sih, bukan permasalahan yang menentukan berubahnya individu kearah yang lebih baik namun pribadi kita sendiri. Bagaimana kita menyelesaikannya dengan semangat baru dan pikiran yang fresh khususnya di awal tahun sebagai moment yang pas. Memang usahaku untuk merefreskan diri cukup terasa namun hasil yang kudapat hingga sekarang masih nihil.

Memang tidak nyambung jika aku menceritakan hanya dibagian ini saja, setelah ini aku akan mencoba untuk menceritakan dari awal kehidupanku yang ternyata seperti drama atau sinetron dengan menuliskan part 1 dan seterusnya,hehehe
Setelah selesai perkuliahan semester 3, aku langsung tancap gas menuju kampung halamanku di Jakarta, tepatnya saat kejadian leptopku hilang yang sebelumnya pernah ku tulis dan kuberikan judul ‘tragedy leptop’. Aku sudah mengetahui setelah sampai di Jakarta, aku akan dianggap sebagai tersangka lagi. Semenjak aku perpacaran dengan abang yang juga adalah pacar pertamaku,aku sering mendapatkan teguran, omelan, dan sekarang dijadikan tersangka oleh keluarga Rw-keluarga keduaku- setelah keluarga orangtua kandungku. Untung saja mama-papaku tidak masalah soal abang. Sedikit cerita, keluarga Rw adalah keluarga yang menyayangiku, merawatku, membiayai sekolah dan hidupku dari aku kecil. Sang Ibu (keluarga Rw) sangat menyayangiku, aku memangiilnya juga ibu padahal jika sesuai umur aku harusnya memanggil nenek atau oma. Bahkan mungkin sebelum aku kuliah di Salatiga aku lebih dekat dengan keluarga Rw,khususnya Ibu ketimbang keluargaku sendiri.
Memang awalnya dari ulahku juga, namun aku pikir ini untuk kebaikan kedua adikku. Aku hanya menginginkan adikku memperoleh hal baik ketika aku meninggalkannya ke luar kota. Aku sangat sayang kedua adik laki-lakiku, walaupun jika aku dirumah dengan mereka, kami sering saling ejek. Orangtuaku tidak membiayai kuliah dan hidupku di Salatiga, yang membiayaiku adalah Ibu. Aku adalah kakak tertua dan memiliki 2 adik laki-laki, yang tidak dibiayai orangtuaku hanya aku, mungkin jika tidak begitu, salah satu dari kami harus putus sekolah jika tidak dibantu oleh Ibu karena ekonomi keluarga ku yang kurang baik.
Permasalahan ini membuat adik laki-laki ku yang juga duduk bangku kuliah mengatakan “yaudah deh mah, aku cuti kuliah dulu, biarin vanti aja yang kuliah, aku gampang, nanti juga bisa dilanjutin lagi”. Memang cowo sangat cuek dengan hidupnya sendiri padahal aku akui mamaku bekerja keras untuk menyekolahkan anak-anaknya. Bukannya mendiskriminasi papa, tapi papaku yang lulus STM tidak ambil pusing tentang kuliah, menurutnya toh banyak orang yang juga tidak kuliah tapi berhasil. Beda halnya dengan mama yang mengutamakan pendidikan untuk anak-anaknya. Sumber utama pendapatan keluargaku dari kos-kosan yang setiap bulannya bisa berubah karena anak kos bisa saja keluar dan masuk. Namun sudah pasti pendapatan full sesuai dengan banyaknya kamar, sedikit-sedikit papa mendapatkan uang dari usaha bekamnya -menyedot darah kotor yang ada dari bagian badan orang, tujuannya untuk kesehatan-
Ok balik lagi kepermasalahan awalnya yang diketahui Ibu, padahal aku mencoba untuk merahasiakannya supaya tidak khawatir. Permasalahnnya, sewaktu awal bulan September 2010 aku meminjam uang untuk membeli leptop buat adikku kepada sanak keluarga Rw, adiknya Ibu yang bertempat tinggal di Semarang, yang juga adalah Bos partime ku di Hotel Bandungan . Aku sendiri mempunyai leptop, bekas dari Anaknya Ibu, pamanku (sekarang telah raib ditangan maling –tulisan ‘Tragedy Leptop’). Sebelumnya, rencana untuk meminjam uang tidak aku beritahu ke orang rumah (papa,mama, dan adikku) hanya abang saja yang tahu. Tujuanku adalah untuk mensejahterakan kehidupan adikku, karena zaman sekarang leptop sangat diperlukan untuk mengerjakan tugas-tugasnya, bukan hanya itu tapi juga beradaptasi dengan perkembangan zaman yang sangat mengutamakan teknologi.
Meminjam uang pun aku beranikan karena aku juga tahu akan kubayar dari mana cicilan itu,dari uang orang tua yang diangsur selama 6 bulan, jika tidak cukup akan aku tambahkan dari uang bulananku yang diberikan oleh Ibu, selain itu aku juga mendapatkan uang dari jualan online shop. Pokoknya aku tidak mau melibatkan Ibu dan keluarga Rw terhadap permasalahanku, tidak mau bergantung lagi. Aku mengatakan kepada bos ku untuk merahasiakannya dari Ibu dan keluarga Rw, namun apa mau dikata, rahasia itu terbongkar karena bosku tidak bisa merahasiakan permasalah ini kepada kakanya sendiri.
Alhasil setelah aku pulang aku diadili dan dijadikan tersangka, alasannya karena Ibu menganggapku Lancang meminjam uang, jadi tukang hutang, ditambah lagi mereka menganggap abang yang membujukku. Aku tepis kalimat itu dengan pembelaan ku bahwa itu atas ideku sendiri, aku ingin adik-adikku dapat memperoleh leptop untuk kemajuannya, bahwa aku ingin adikku bernasip lebih baik dari pada kakaknya. Dalam hati aku menginginkan adik-adikku memperoleh sesuatu yang bermanfaat dan tidak tertinggal oleh zaman hanya karena permasalahan ekonomi keluargaku, yang aku dapat usahakan adalah leptop itu. Aku juga ingin membahagiakan orang tuaku kelak, syukur-syukur bisa membuat kedua orangtuaku pergi ke tanah suci.
Aku mmberikan pembelaanku kepada Ibu, mereka bisa menerima, tapi mereka menganggapku tidak terbuka seperti dahulu waktu masih kecil, hal ini juga dikaitkan dengan abang. Aku capek harus bagini terus, padahal aku sudah berkuliah, senang-senang dengan teman dan lainnya, tapi ketika pulang dikaitkan lagi dengan abang. Aku akui,aku memang berubah ditambah lagi jarak yang tidak mendukung untuk menjaga komunikasi. Jarak ku dan Ibu pun semakin jauh, seperti bermusuhan tapi tidak, hanya tidak terbuka satu sama lain. Padahal aku merasa berhutang budi dengan keluarga mereka, karena kasih sayangnya dari aku kecil yang membuat aku bisa bertahan sampai sekarang, bisa sekolah, bisa hidup enak dan lainnya.
Karena kejadian ini, biaya hidup dan kuliahku hampir dicabut,tapi karena alasanku yang dianggap masuk akal akhirnya aku masih memperoleh ‘beasiswa’ dari Ibu. Tak kubayangkan jika aku harus putus kuliah, harus memberikan beban kepada orangtuaku untuk membiayaiku juga. Aku menangis ketika membayangkan muka Ibukuyang menua ditambah aku yang nakal , ketika ia tersenyum dan memaklumi kenakalan ku ini. Aku juga menyayangi mereka tapi ini semakin tak terdaki oleh ku, Aku sendiri tidak tahu bagaimana memulihkan keadaan ini??apakah aku jadi anak durhaka?apakah salah karena hubunganku dengan abang??namun sekarang abang sudah menjadi bagian dari hidupku,, kami share each other, memiliki rencana-rencana masa depan, lebih dari sekedar pacar ia juga sahabatku, suka duka kami lalu bersama, baik buruknya dia aku tahu, begitupun aku dan kami mencoba menjadi lebih baik. Ia menganggapku sebagai wanita penting baginya. Aku percaya padanya.
Setelah itu, masalah leptop ku tanggung, ibu memaafkan aku, bulan ini sudah cicilan ke 4 tinggal 3 bulan lagi. Masalah tidak selesai begitu saja, gali lobang tutup lobang ku temui. Aku harus mengorbankan biaya kos ku untuk menambah kekurangan cicilan leptop, belum lagi nemanbahkan uang untuk pembayaran online shopku ke supplier, karena system pembayaran DP 50% dan sisanya setelah barang sampai di aku. Untung saja denda kos hanya Rp 1000 per hari.
Belum lagi, hatiku menjadi miris namun mau bagaimana lagi ketika aku menelfon orangtuaku hanya untuk menagih cicilan leptop. Batinku ‘kok aku kaya penagih utang ya padahal sama orang tuaku sendiri, apakah perbuatanku malah membebani mereka??’ ketika melihat saldo di ATM belum bertambah padahal sudah melewati batas terakhir, aku langsung menelepon orang tuaku. Sungkan memang, miris, tapi yasudahlah. Aku berharap cepat berakhir cicilan lepton ini, agar aku tidak meminta-minta uang terus kepada orang tuaku.
Jika merenungi ini, aku menangis sendiri, karena aku belum bisa memberikan apa-apa pada orang tua ku. Aku membuka facebook hanya untuk update status dan update jualan online shopku. Kulihat foto temanku memajang foto keluarganya yang terlihat bahagia, mungkin nasipnya memang lebih beruntung karena tidak memiliki masalah ekonomi dan tidak ada beban selain tugas kuliah, persahabatan, pacar seperti permasalahan ABG umumnya. Aku iri pada mereka, keluargaku memang baik-baiknya tapi kami juga tidak berfoto-foto seperti orang modern sekarang yang mengupdate semuanya di facebook sebagai eksistensi diri. Kami juga tidak melakukan liburan kemanapun, karena krisis. Sesekali, ketika aku pulang aku mengajak mama ku ke mall dekat rumah. Sedangkan papa ku sibuk dengan urusannya sendiri dan tidak pernah aku lihat ia ke mall.
Aku juga melihat foto keluarga teman dekatku sewaktu SMA yang melakukan liburan keluar negri. Kapan aku bisa mengajak orang tuaku seperti itu??bersenang-senang, tidak memikirkan permasalahan ekonomi. Disaat ini tidak mungkin terwujud, melihat keadaan orangtuaku dan aku yang diliput permasalahan ekonomi belum lagi kewajibanku sebagai mahasiswa. Suatu saat nanti, aku akan berusaha sebaiknya untuk mewujudkan itu, semoga masih sempat, semoga Allah mengizinkan, semoga Rezeki keluarga dan aku lancar.
Terselip juga, foto-foto temanku dengan pacarnya yang terlihat akur, bahagia dan romantis. Semenjak permasalahan abang menjadi buah bibir di keluarga Rw, aku tidak pernah terbuka di dunia maya tentang hubungaku dengan abang. Foto-foto kami juga tidak pernah di publish, padahal banyak cerita, pengalaman yang menarik anara aku dan abang, perjalanan kami selama 2 tahun berpacaran, yang paling aku suka ketika berpergian ke Yogya. Ketika jalan-jalan di malioboro, nonton bioskop, ke pantai dan masih banyak lagi. Namun itu semua tersimpan di memori kami, tidak diumbar, menjadi kenangan indah bagi kami dibading sekedar foto yang bisa hilang atau terhapus. Semuanya perjalanan masih kuingat, semoga tidak amnesia,,hehe…takut oleh paparazzi lokal J.

No comments: